Kamis, 15 Oktober 2009

Bangunan yang dibangun di atas air terjun

Desain struktural Fallingwater dilakukan oleh Wright dalam asosiasi dengan Mendel Glickman dan William Wesley Peters yang telah bertanggung jawab untuk desain kolom yang revolusioner adalah fitur desain Wright untuk Johnson Wax Headquarters.
Rencana awal dikeluarkan untuk Kaufmann untuk disetujui pada 15 Oktober 1935, setelah Wright melakukan kunjungan lebih lanjut ke situs tersebut dan memberikan perkiraan biaya kepada kliennya. Pada Desember 1935 sebuah tambang batu tua dibuka untuk sebelah barat air untuk menyediakan batu-batu yang diperlukan untuk dinding rumah. Wright hanya membuat kunjungan periodik ke situs selama konstruksi, bukannya menetapkan Robert Mosher yang merupakan salah satu muridnya sebagai permanen di tempat perwakilan. Gambar kerja final diterbitkan oleh Wright Maret 1936 dengan pekerjaan awal di jembatan dan rumah utama pada bulan April 1936.
Keseimbangan : asimetris, karena bila di tarik garis tengahnya tidak sama sisi kanan dan sisi kiri
Vokal Point : di ujung bangunan
Irama : dinamis
Skala : Monumental, karena jarak bangunan dengan lahan bangunannya jauh
Proporsi : sudah proporsi
Unity : satu kesatuan

Selasa, 13 Oktober 2009

Bangunan Hotel yang dibangun di lepas Pantai

Burj al-Arab adalah sebuah hotel mewah yang terletak di Dubai, Uni Emirat Arab. Bangunan Burj al-Arab, didesain oleh Tom Wright, mencapai ketinggian 321 meter dan adalah bangunan tertinggi yang sepenuhnya digunakan sebagai hotel. Bangunan ini berdiri di sebuah pulau buatan yang berada 280 m lepas pantai di Teluk Persia. Burj al-Arab dimiliki oleh Jumeirah. Hotel ini sering disebut sebagai hotel ‘bintang tujuh’. Ungkapan ini merupakan hiperbola dari para praktisi di bidang pariwisata. Ini merupakan cara mereka untuk menggambarkan betapa megahnya Burj al-Arab dibanding hotel-hotel lain yang menyebut dirinya hotel bintang enam. Ironisnya, hampir seluruh sistem pemeringkat hotel di dunia, membatasi kategori hotel hanya sebatas bintang lima. Menurut situs resminya, Burj al-Arab dikatakan sebagai “hotel deluxe bintang lima”. Namun, yang pasti, “Inilah pencakar langit tertinggi di Dubai.”

Konstruksi Burj al-Arab dimulai pada 1994, dan dibuka untuk pengunjung pada 1 Desember 1999. Rancangannya mengambil bentuk layar sebuah dhow (perahu tradisonal Arab). Dekat dengan puncaknya, terdapat sebuah helipad (tempat pendaratan helikopter), dan restoran Al Muntaha (tertinggi dalam bahasa Arab) di sisi seberangnya, yang ditahan oleh kantilever (tembok yang menganjur keluar sebagai penahan balkon) di atas laut. Salah satu elemen yang unik adalah dinding atrium yang menghadap ke pantai, terbuat dari kain fiberglass yang dilapisi Teflon. Interiornya didesain oleh Khuan Chew. Burj al-Arab juga memiliki atrium lobi tertinggi di dunia, setinggi 180 meter. Atrium tersebut dapat melingkupi Gedung World Trade Center (WTC) Dubai yang menjulang setinggi 38 lantai — bangunan tertinggi di Dubai dari akhir 1970-an sampai pertengahan 1990-an. Kamar terkecil yang bisa disewa di Burj al-Arab luasnya mencapai 169 meter persegi. Tarifnya ‘cuma’ US$ 1.000 per malam. Sementara, suite biasa paling mahal ongkosnya US$ 15.000 . Sedangkan Royal Suite — semacam Presidential Suite di Indonesia — dihargai US$ 28.000 per malam, atau sekitar Rp 260 juta. Meski dihargai dengan tarif yang super mahal, Royal Suites kabarnya selalu terisi. Saat memasuki Burj al-Arab anda akan disambut dengan ramah oleh penjaga hotel. Di lobby Burj al-Arab anda akan langsung dibuat terkesima tak cuma oleh bau semerbak rempah-rempah yang menyebar ke seluruh ruangan tapi juga oleh hiasan berupa air mancur yang bisa menari serta meloncat-loncat secara berirama. Tentu saja, air mancur yang pandai menari itu diatur dengan teknologi super sophisticated. Untuk memperindahnya, dasar dari kolam tempat air mancur menari itu dihiasi dengan baru-batu berwarna-warni.
Tak cuma itu, dinding pembatas tangga naik atau turun, dibuat bukan dari dinding pualam biasa, melainkan sebuah aquarium raksasa yang dihuni ratusan jenis ikan air laut yang berenang bebas. Jadi, seakan-akan Burj al-Arab berada di dalam lautan. Sama seperti di lobby, di lantai ini kita juga bisa jumpai kolam air mancur yang bisa menari, plus hiasan koral aneka warna di dasarnya. Yang membedakannya, di lantai ini juga ada pertunjukan live dari sejumlah pemain musik tradisional Timur Tengah. Sementara, kalau kita mendongakkan kepala ke atas, akan tampak pilar-pilar baja yang disusun sedemikian rupa sehingga terbentuklah sebuah menara yang megah.

Konon struktur menara ini dibuat untuk bisa bertahan lebih dari 50 tahun. Walau anda tak berniat untuk menginap, anda akan merasakan kepuasaan karena bisa menyaksikan sekaligus menapaki salah satu bangunan termegah yang pernah dibuat manusia dan terkenal hingga penjuru dunia. Ada kejutan kecil saat anda akan meninggalkan Burj al-Arab, walau anda bukan tamu yang menginap di sana, petugas hotel tetap mempersilakan anda untuk mencicipi kurma asli Dubai yang lezat, wangi, berdaging tebal, manis dan tanpa biji pula. Selain Burj al-Arab, di Dubai anda juga bisa mengunjungi Jumeirah, yang merupakan sebuah area perumahan pinggir pantai di Dubai. Wilayah ini berisi properti besar dan mahal, serta rumah-rumah yang dibangun dengan berbagai macam gaya arsitektural. Area ini populer di kalangan ekspatriat Barat yang bekerja di Uni Emirat Arab, juga di kalangan turis yang mengunjungi Dubai.